Ingin Selalu Rasakan Sukacita? Inilah Caranya!
Kalangan Sendiri

Ingin Selalu Rasakan Sukacita? Inilah Caranya!

Inta Official Writer
      5645

Mazmur 16:11

“Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa.”

Bacaan Alkitab dalam setahun: Mazmur 37; Kisah Para Rasul 9; Keluaran 23-24

Ada sebuah masa peralihan dalam hidup dimana saya merasa kalau semua hal tidak bisa berjalan dengan baik. Saya bekerja dalam sebuah pelayanan namun memiliki masa sulit jika berbicara mengenai penghasilan yang didapatkan. Pendapatan saya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini membuat saya kesulitan untuk merasakan sukacita. 

Saya tumbuh besar dalam sebuah keluarga Kristen dan sejak kecil saya sudah belajar kalau sukacita tidak bergantung pada keadaan. Dalam bahasa Inggris, sukacita berarti JOY. Saya diajarkan kalau JOY berasal dari prioritas dalam kehidupan ini; Jesus (Yesus), Others (Orang lain) dan You (Kamu) disingkat menjadi JOY

Saya pikir telah menempatkan prioritas tersebut dengan benar. Saya melayani Tuhan dan orang lain dalam pelayanan tersebut. Namun, saya tidak menghasilkan uang yang cukup dalam pekerjaan tersebut. Bukannya merasakan JOY atau sukacita, saya justru merasa stres. 

Setiap berangkat bekerja, saya melihat setiap orang dalam kantor sepertinya penuh dengan sukacita, terlepas dari keadaan mereka yang beragam. Salah seorang rekan sekantor saya, William adalah contohnya. Dia selalu menyuarakan betapa baiknya Tuhan dan kita harus bisa bersukacita akan hal itu.

William akan menyapa setiap orang yang ia temui di lorong dengan ucapan-ucapan seperti, "Tuhan itu sangat baik setiap waktu," atau "puji Tuhan." Terakhir, salah satu kalimat kesukaan saya adalah "pandang ke Tuhan!" Saya merasa terdorong untuk menghampirinya agar dia bisa menularkan sukacita tersebut. 

Pada suatu hari, saya bertemu William dan berkata kalau sangat mengagumi cara dirinya menunjukkan sukacita di dalam Tuhan. Saya meminta William untuk menumpangkan tangannya agar bisa menularkan sukacita tersebut dalam kehidupan pribadi saya. 

Saya berharap kalau William akan dengan sukacita menumpangkan tangan dan berdoa untuk saya. Namun, jawaban yang mengejutkan terlontar dari mulut William, ia berkata "tidak mau." Saya yakin betul kalau William tahu air wajah saya yang berubah menjadi terkejut. 

Kemudian dengan cepat ia mengatakan "dalam Mazmur 16:11 tertulis ‘di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah’ Jika kamu inginkan sukacita dalam hidup, maka kamu perlu untuk menghadirkan Tuhan di dalam kehidupanmu. Hanya Dia yang dapat mengisi kehidupan kita dengan sukacita." 

Saat itu saya merasa diingatkan oleh William kalau sukacita adalah buah Roh. Buah tidak diberikan, tetapi ditumbuhkan. Buah harus dipupuk. Buah Roh datang dalam pokok anggur. Yesus dalam Yohanes 15:5 berkata, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." 

William mendoakan saya, bukan untuk menularkan sukacitanya, namun ia berdoa agar saya bisa memiliki rasa haus dan lapar akan kehadiran Tuhan. Saya masih sedikit bingung setelah pertemuan tersebut. Namun ketika memikirkan hal tersebut kembali, saya menyadari kalau William baru saja menyampaikan sebuah nubuat Tuhan dalam kehidupan saya. 

Pada hari yang sama, saya mendatangi ruang doa dan menutup rapat pintu tersebut. Saya menghabiskan waktu untuk berdoa dan memuji Tuhan. Kemudian saya merasakan ada sebuah damai sejahtera dan ada sesuatu yang diangkat dari kehidupan saya. Saat itu saya bisa merasakan kehadiran Tuhan. Saya terus berlutut dan berdoa menyembah Dia, Sang Pencipta langit dan bumi, kemudian merasakan kalau ada sukacita yang tercurah atas saya. 

Seperti Rasul Paulus dalam Filipi 4:12-13, "Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." 

Juga pada abad pertama, dimana terjadi penganiayaan besar terhadap orang kristen, Yakobus menulis mengenai sukacita dalam Yakobus 1:2-4, "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan, Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."

Sukacita Sejati Hanya Bisa Kita Alami Bila Tuhan Hadir di Dalam Kehidupan Kita. 

Hak Cipta © Craig von Buseck. Digunakan dengan izin.


Ikuti Kami